Senin, 19 Oktober 2015

Makalah Konsep Dasar Seni Rupa Kelompok 8

MAKALAH
TENTANG
 Konsep Dasar Pendidikan Seni Rupa
Seni sebagai Media Pendidikan dan Pendekatan Berbasis Ilmu dalam Pendidikan Seni Rupa
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pendidikan Seni Rupa SD Prodi PGSD
Dosen Pengampu : Muhammad Reyhan Florean, M.Pd



 




Disusun Oleh Kelompok 8:
                            1)    Ivonne Patricia                   (14186206255)
                            2 Alisha Afrilia                      (14186206259
                            3)    Ibnu Mubaroq                    (14186206254)
                            4)    Endra Putra Prasetyo       (14186206258)
                        
KELAS 3 G SEMESTER 3
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI TULUNGAGUNG
SEMUA PROGRAM STUDI TERAKREDITASI
Jl. Mayor Sujadi Timur No. 7 Tulungagung, Kode Pos : 66221, Telp/Fax. (0355) 321426
BULAN OKTOBER
TAHUN AJARAN 2015-201




KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb
             Syukur  alhamdulilah penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-nya sehingga penyusun tugas ini dapat diselesaikan tepat waktunya. Tugas ini disusun untuk mengajukan mata kuliah Pendidikan Seni Rupa SD dengan judul Makalah tentang “Konsep Dasar Pendidikan Seni Rupa (Seni Sebagai Media Pendidikan dan Pendekatan Berbasis Ilmu Dalam Pendidikan Seni Rupa)  ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Pendidikan  Seni Rupa SD
             Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Laporan ini, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan Materi Pendidikan Seni Rupa SD, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Pendidikan Seni Rupa SD atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
             Dalam penyelesaian penulis laporan ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka tidak berlebihan kiranya pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :                                                                                1.Drs. Djoko Edi Yuwono,M.M. Selaku Rektor  STKIP PGRI TULUNGAGUNG                     2.Bapak Muhammad Reyhan Florean, M.Pd Selaku Dosen Mata Kuliah Pendidikan Seni Rupa SD
             Laporan ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya yang sangat terbatas. Oleh kerena itu, saya mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Demikian laporan ini disusun semoga bermanfaat, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan. Ada kurang lebihnya saya mohon maaf
Wassalamualaikum Wr Wb.
Tulungagung, 12 Oktober 2015
Penulis


Daftar Isi

Halaman Judul................................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN
A.         Latar Belakang.................................................................................................... 1
B.          Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C.          Manfaat............................................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Seni dan Seni Rupa......................................................................... .. 3
2.2  Seni Sebagai Media Pendidikan......................................................................... 3
2.3  Pengertian Seni dan Peran dalam Pendidikan.................................................. .. 9
2.4  Pendekatan Berbasis Disiplin Ilmu dalam Pendidikan Seni Rupa................... .. 12

BAB III : PENUTUP
A.       Kesimpulan......................................................................................................... 14
B.       Saran .................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 15









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan Seni dipakai sebagai mata pelajaran pada pendidikan sekolah didasarkan pada pemikiran bahwa, pendidikan seni memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual berarti melalui pendidikan seni dikembangkan kemampuan mengekspresikan diri dengan berbagai bahasa rupa, bunyi, gerak, dan paduannya. Multidimensional berarti dengan seni dapat dikembangkan kompetensi dasar anak yang mencakup persepsi, pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi, dan produktivitas dalam menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri, dengan memadukan unsur logika, etika dan estetika. Multikultural berarti pendidikan seni bertujuan menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan berapresiasi terhadap keragaman budaya lokal dan global sebagai pembentukan sikap menghargai, toleran, demokratis, beradab, dan hidup rukun dalam masyarakat dan budaya yang majemuk (Depdiknas 2001:7). Pendidikan seni meliputi semua bentuk kegiatan tentang aktivitas fisik dan nonfisik yang tertuang dalam kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berkreasi dan berapresiasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran (Rohidi 2000:7). Melalui pendidikan seni anak dilatih untuk memperoleh keterampilan dan pengalaman mencipta yang disesuaikan dengan lingkungan alam dan budaya setempat serta untuk memahami, menganalisis, dan menghargai karya seni. Tegasnya pendidikan seni di sekolah dapat menjadi media yang efektif dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kreativitas, dan sensitivitas anak.
            Tujuan pendidikan seni juga dapat dilihat sebagai upaya untuk mengembangkan sikap agar anak mampu berkreasi dan peka terhadap seni atau memberikan kemampuan dalam berkarya dan berapresiasi seni. Kedua jenis kemampuan ini menjadi penting artinya karena dinamika kehidupan sosial manusia dan nilai-nilai estetis mempunyai sumbangan terhadap kebahagiaan manusia di samping mencerdaskannya. Pendidikan seni, dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam membentuk jiwa dan kepribadian anak. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Plato (dalam dalam Rohidi 2000:79) bahwa pendidikan seni dapat dijadikan dasar untuk membentuk kepribadian. Dalam hubungan ini seni merupakan bidang ilmu yang perlu dipelajari dan diapresiasi oleh peserta didik karena mengandung nili-nilai dan bermanfaat dalam kehidupan manusia. Oleh karenanya diperlukan rancangan yang berkaitan dengan proses pelaksanaan pembelajaran seni, baik kurikulum, metode, sarana maupun alat penunjangnya, dan juga tidak meninggalkan lingkungan sosial budaya setempat.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu Pengertian Seni dan Seni Rupa ?
2.      Apa fungsi peranan seni sebagai media dalam pendidikan ?
3.      Apa Pendekatan Pembelajaran Seni Rupa ?
4.      Bagaimana pendekatan berbasis disiplin ilmu dalam pendidikan seni rupa ?

C.    Manfaat
1.      Mengetahui pengertian seni dan seni rupa dan peran dalam pendidikan
2.      Mengetahui macam-macam fungsi seni sebagai media pendidikan
3.      Mengetahui Pendekatan Pembelajaran Seni Rupa
4.      Mengetahui pendekatan berbasis disiplin ilmu dalam pendidikan seni rupa
















                                                                  BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Seni dan Seni Rupa
         Pengertian seni pada dasarnya adalah permainan yang memberikan kesenangan batin (rohani), baik bagi yang berkarya seni maupun bagi yang menikmatinya (Rohidi, 1985:81).
Pembelajaran seni rupa yang dimaksudkan adalah pendidikan untuk anak yang didasari oleh pembinaan intelegensi rupa (visual intelligenci) dengan kemampuan memahami objek secara komprehensif maupun detail.

2.2  Seni Sebagai Media Pendidikan
    Dengan daya imajinasi dan fantasi anak-anak mampu mengembangkan kemampuan penciptaan permainannya sesuai dengan pengaruh lingkungan dan pendidikan keluarga yang diterimanya. Kegiatan bermain merupakan kegiatan jasmani dan rohani yang penting untuk diperhatikan oleh pendidik (dan orang dewasa). Sebagian besar perkembangan kepribadian anak, misalnya sikap mental, emosional, kreativitas, estetika, sosial dan fisik, dibentuk oleh kegiatan permainannya. Permainan anak-anak yang bernilai edukatif dapat dilakukan melalui kegiatan seni, khususnya seni rupa. Salah satu kegiatan seni rupa, sebagai permainan, yang sangat disukai anak-anak ialah kegiatan menggambar.
Hampir setiap anak yang diberi alat tulis akan menggoreskannya pada bidang kosong. Jika diberi kertas, dia akan menggoreskannya pada kertas dengan sesuka hati. Jika tidak diberikan kertas, dia akan mencoretkannya pada dinding atau lantai rumah. Keasyikan menggambar anak-anak itu merupakan bukti bahwa menggambar baginya sangat memuaskan dan menyenangkan perasaan. Menggambar bagi anak-anak dapat juga menjadi alat berkomunikasi dan berekspresi yang utuh sesuai dengan dunianya. Gambar manusia, benda-benda di sekelilingnya serta aneka flora dan fauna kesenangannya merupakan hasil ekspresinya, dan menjadi media berkomunikasi dengan orang lain.  Anak-anak yang penalarannya belum berkembang sangat bergairah berkarya seni, karena kegiatan ini memberikan keleluasaan dan kebebasan bagi anak-anak untuk mengungkapkan perasaan atau berekspresi. Ketika penalarannya bangkit, seni harus dipersiapkan untuk memberikan jalan bagi ekspresi tersebut sebagai kegiatan yang mereka senangi (Read, 1970:283). Dalam konteks itulah seni dijadikan media pendidikan. Faedah pendidikan seni, sebagaimana dikemukakan Vincent Lanier (1969) adalah:
         Memberikan kontribusi terhadap perkembangan individu,
         Memberikan pengalaman yang berharga (pengalaman estetik),
         Sebagai bagian yang penting dari kebudayaan.

Jika pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan orang dewasa dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaannya, maka tentunya pula seni rupa dapat digunakan sebagai cara dan sekaligus media untuk mendidik anak. Jadi makna pendidikan dengan menggunakan seni rupa sebagai cara dan sekaligus sebagai sarananya. Pada bagian ini perlu dijelaskan perbedaan makna antara pendidikan seni rupa dengan pengajaran seni rupa agar tidak sampai menimbulkan kesalahtafsiran dalam penggunaan istilah tersebut.
Sasaran pendidikan rupa di sekolah-sekolah umum, dari tingkat pendidikan dasar sampai menengah, berbeda dengan sasaran pendidikan seni rupa di sekolah kejuruan, kursus atau pusat magang kesenirupaan dan kriya.
Di sekolah kejuruan seni rupa, berlaku pengajaran seni rupa yang lebih mengutamakan pemberian bekal kepada para siswa agar berhasil sebagai lulusan yang memiliki kemampuan/keterampilan bidang seni rupa tertentu. Sedangkan di sekolah umum, pendidikan seni rupa yang diberlakukan kepada semua siswa, (berbakat maupun tidak) lebih ditekankan kepada pemberian berbagai pengalaman kesenirupaan sebagai wahana untuk mencapai tujuan pendidikan.
Seni berfungsi sebagai media pendidikan. Akan tetapi, istilah "seni sebagai media pendidikan" tidak berarti bahwa kegiatan seninya tidak penting (karena dianggap hanya sekedar media). Keterlibatan siswa dengan seni tetaplah harus menjadi prioritas dalam rangka membentuk kemampuan seni atau meningkatkan kemampuan seni yang sudah ada pada diri para siswa. Upaya peningkatan kualitas belajar menjadi fokus kegiatan; dan ini berlaku umum dalam program belajar apa pun. Sebagai pembanding, tujuan utama orang belajar naik sepeda adalah supaya ia bisa naik sepeda; belajar silat supaya bisa silat, belajar Tembang Cianjuran supaya bisa melantunkan lagu-lagu Cianjuran yang memiliki karakteristik tertentu. Kemampuan khusus yang diperoleh itu tadi merupakan tujuan langsung dari belajar yang disebut sebagai "dampak utama" (main effect) atau "dampak pembelajaran" (instructional effect) yang ingin dicapai . Bahwa akibat dari belajarnya itu ia menjadi tekun, sabar atau sehat, itu adalah dampak penyerta/pengiring (nurturant effect) yang tentu saja tidak kurang manfaatnya bagi kepentingan pribadi warga belajar.
Dalam pembelajaran di sekolah, khususnya pembelajaran seni, dampak instruksional maupun dampak pengiring perlu dirancang sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Konsekuensi logis dari pemikiran di atas adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan seni harus berkualitas.  Pendidikan seni rupa bukan sekedar kegiatan rutin, sekedar untuk mengisi jam pelajaran yang tersedia. Siswa harus merasa bahwa dari kegiatan-kegiatan kesenirupaan di sekolah, ada hasil nyata yang dia perloleh, ada peningakatan atawa kemajuan yang ia capai, dari tidak tahu menjadi tahu, dari kurang senang menjadi senang, dari tidak terampil menjadi lebih terampil, dari kurang bisa menata menjadi lebih bisa menata, dari kurang bisa membedakan menjadi lebih bisa membedakan (berbagai hal yang menyangkut kesenirupaan). Secara kodrati, kita semua, khususnya para siswa, tentu tidak menyukai kegiatan remeh-temeh, kegiatan yang tidak berkualitas, yang hanya membuang-buang waktu.
Fungsi Seni sejalan dengan perkembangan jaman dan peradaban manusia, maka berkembanglah pula seni dalam kehidupan. Seni menduduki fungsi-fungsi tertentu dalam kehidupan terutama dalam fungsi pemenuhan kebutuhan.
Secara umum seni memiliki dua fungsi, yaitu fungsi individu dan fungsi sosial, berikut penjelasannya :
       1. Fungsi Individu : fungsi individu merupakan suatu fungsi seni yang bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan pribadi individu itu sendiri. Terdapat dua macam fungsi seni untuk individu, yaitu antara lain :
a.       Fungsi pemenuhan kebutuhan fisik. Pada hakekatnya manusia adalah mahluk homofaber yang mempunyai kecakapan untuk apresiasi pada keindahan dan pemakaian benda-benda. Seni terapan memang mengacu pada pemuasan kebutuhan fisik sehingga segi kenyamanan menjadi hal penting.
b.      Fungsi pemenuhan kebutuhan emosional. Seorang memiliki sifat yang berbeda-beda dengan manusia lain. Pengalaman hidup seorang sangatlah mempengaruhi sisi emosional atau perasaannya. Sebagai contoh perasaan sedih, lelah letih, gembira, iba, kasihan, benci, cinta dll. Manusia dapat merasakan semua itu dikarenakan di dalam dirinya terkandung dorongan emosional yang merupakan situasi kejiwaan pada setiap manusia normal. Untuk memenuhi kebutuhan emosional manusia memerlukan dorongan dari luar dirinya yang bersifat menyenangkan, memuaskan kebutuhan batinnya. Sebagai contoh karena kegiatan dan rutinitas sehari-hari maka manusia mengalami kelelahan sehingga memerlukan rekreasi, misalnya menonton hiburan teater, menonton film di bioskop, menonton sendra tari, ataupun menonton pameran seni rupa. Seseorang yang memiliki pengalaman estetikanya lebih banyak maka ia akan memiliki kepuasan yang lebih banyak maka ia memiliki kepuasan yang lebih banyak pula. Sedangkan seniman adalah seorang yang mampu mengapresiasikan pengalaman dan perasaannya dalam sebuah karya seni yang diciptakannya. Hal itu juga diyakini olehnya sebagai sarana memuaskan kebutuhan emosional dirinya.
      2. Fungsi sosial : fungsi sosial merupakan suatu fungsi seni yang bermanfaat sebagai pemenuhan kebutuhan sosial suatu individu. Terdapat beberapa macam fungsi seni sebagai fungsi sosial, yaitu sebagai berikut :
a.       Fungsi Rekreasi. Kejenuhan seseorang karena aktifitasnya sehari-hari membuat seseorang membutuhkan penyegaran diri, misalnya diwaktu hari libur mangunjungi tempat-tempat rekreasi obyek wisata (rekreasi alam). Seni juga dapat dijadikan sebagai benda rekreasi misalnya seni pertunjukan sendra tari, pagelaran musik, pertunjukan teater dll. Seni sebagai rekreasi merupakan seni yang mampu menciptakan suatu kondisi tertentu yang bersifat penyegaran dan pembaharuan kondisi yang telah ada. Di era globalisasi ini kehadiran seni mendapatkan perhatian yang sangat serius dari banyak pihak (terkait dengan kebutuhan dan nilai ekonomi atau bisnis)
b.      Fungsi Komunikasi. Pada hakekatnya setiap orang berkomunikasi dengan manusia lain menggunakan bahasa karena merupakan sarana yang paling efektif, mudah, dan cepat untuk dimengerti. Namun begitu bahasa memiliki keterbatasan karena tidaklah mungkin semua orang menghafal semua bahasa yang ada. Oleh karena itulah dibutuhkan bahasa universal yaitu bahasa yang dapat dimengerti oleh semua orang. Seni diyakini dapat dipergunakan demi kepentingan tersebut. Misalnya Paranggi dapat berkomunikasi dengan orang di seluruh pelosok penjuru dunia melalui pertunjukan sendra tari, affandi melalui lukisannya, Shakespeare dapat berkomukasi melalui puisi-puisi nya dll. Tampaknya seni menjadi sangat efektif membantu orang untuk berkomunikasi karena seni dapat menembus batasan-batasn bahasa verbal maupun perbedaan lahiriah setiap orang. Hanya melalui seni manusia dapat berkomunikasi dengan dunia luar serta melalui seni kita dapat mengenal budaya bangsa lain.
c.       Fungsi Rohani. Kepercayaan religi tersebut terdapat dalam karya-karya moko, neraca, dolmen, menhir, candi pura, bangunan masjid, gereja, ukiran, relief, dsb. Manakah yang muncul pertama kali, kepercayaan religi atau seni terlebih dahulu? Dan hal tersebut tidak dapat dijawab secara pasti. Karl Barth berpendapat bahwa sumber keindahan adalah Tuhan. Agama sering dijadikan juga sebagai salah satu sumber inspirasi seni yang berfungsi untuk kepentingan keagamaan. Pengalaman-pengalaman religi tersebut tergambarkan dalam bentuk nilai estetika. Banyak media yang mereka pergunakan. Ada yang memakai suara, gerak, visual, dsb. Sebagai contoh yaitu kaligrafi arab, makam, relief, candi, gereja dll.
d.      Fungsi Pendidikan. Pendidikan dalam arti luas diartikan sebagai suatu kondisi tertentu yang memungkinkan terjadinya transformasi dan kegiatan sehingga mengakibatkan seseorang mengalami suatu kondisi tertentu yang lebih maju. Dalam sebuah pertunjukan seni, orang sering mendapatkan pendidikan secara tidak langsung karena di dalam setiap karya seni pasti ada pesan atau makna yang disampaikan. Disadari atau tidak, rangsangan-rangsangan yang ditimbulkan oleh seni merupakan alat pendidikan bagi seseorang. Seni bermanfaat untuk membimbing dan mendidik mental dan tingkah laku seseorang supaya berubah kepada kondisi yang lebih baik dan maju dari sebelumnya. Disinilah seni harus disadari mnumbuhkan nilai estetika dan etika kepada peserta didik.
e.       Fungsi Artistik. Dalam hal ini seni lebih berfungsi sebagai media ekspresi seniman dalam menyajikan karyanya tidak untuk hal yang komersil, seperti musik kontemporer, tari kontemporer, dan seni rupa kontenporer (seni hanya pertunjukan yang tidak bisa dinikmati pendengar atau pengunjung hanya bisa dinikmati oleh para seniman dan komunitasnya.
f.       Fungsi Guna. Karya seni yang dibuat tanpa memperhitungkan kegunaannya kecuali sebagai media ekspresi (karya seni murni) atau pun dalam proses penciptaan mempertimbangkan aspek kegunaannya seperti perlengkapan atau peralatan rumah tangga yang berasal dari gerabah ataupun rotan.
g.      Fungsi kesehatan. Seni sebagai fungsi kesehatan seperti pengobatan penderita gangguan physic ataupun medis distimulasi melalui terapi musik (disesuaikan dengan latar belakang pasien). Terbukti musik telah mampu digunakan untuk menyembuhkan penyandang autisme, gangguan psikologis, trauma pada suatu kejadian, dsb. Pada tahun 1999 Siegel menyatakan bahwa musik klasik menghasilkan gelombang alfa yang menenangkan dapat merangsang sistem limbic jaringan neuron otak dan gamelan menurut Gregorian dapat mempertajam pikiran.
Fungsi Seni dalam Dunia Pendidikan : tentunya dalam dunia pendidikan terutama ke untuk Sekolah dasar, seni mempunyai peran yang penting untuk menunjang perkembangannya. Banyak hal yang dapat diperoleh oleh siswa dengan belajar seni, yaitu sebagai berikut :
a.       Memberikan fasilitas yang sebesar-besarnya kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya (ekspresi bebas).
b.      Melatih imajinasi anak, ini merupakan konsekuensi logis dalam kegiatan ekspresi supaya dalam berekpresi seorang anak mempunyai bayangan terlebih dahulu yaitu dengan latihan imajinasi yang dapat berangkat dari pengamatan maupun hasil rekapitulasi kejadian yang telah direkam oleh otak.
c.       Memberikan pengalaman estetik dan mampu memberi umpan balik penilaian (kritik dan saran) terhadap suatu karya seni sesuai dengan mediumnya.
d.      Pembinaan sensitivitas serta rasa pada umumnya, hasil yang diharapkan adalah terbinanya visi artistik dan fiksi imajinatif.
e.       Mampu memberikan pembinaan keterampilan yaitu dengan membina kemampuan praktek berkarya seni kerajinan. Hal ini berguna untuk mempersiapkan kemampuan terampil dan praktis sebagai bekal hidup di kemudian hari.
f.       Mengembangkan kemampuan intelektual, imajinatif, ekspresi, kepekaan kreatif, keterampilan, dan mengapresiasi terhadap hasil karya seni dan keterampilan dari berbagai wilayah nusantara dan mancanegara.
g.      Siswa memiliki pengetahuan, pengalaman dan kemauan keras berkarya dan berolah seni, serta kepekaan artistik sebagai dasar berekspresi pada budaya bangsa. Tujuan tersebut pada dasarnya adalah menyiapkan anak untuk berpengetahuan, bercakapan dan berkemampuan dalam tingkat dasar agar kelak mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
h.      Menumbuhkembangkan sikap profesional, kooperatif, toleransi, dan kepemimpinan.
i.        Seni sebagai alat pendidikan dalam pendidikan seni bukan semata-mata bertujuan untuk mendidik anak menjadi seniman melainkan membina anak-anak untuk menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan, dan melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina kreatifitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan.
2.3  Pengertian Seni dan peran dalam pendidikan
Pendidikan Seni, khususnya seni rupa hadir sebagai bagian integral dari prinsip pendidikan. Artinya, pendidikan seni rupa sebagai bagian dari pendidikan umum yang mendapat kewajiban (tugas ) utama melatih kepekaam rasa: estetis (keindahan), maupun apresiasi seni, melalui pembelajaran praktek berkarya seni rupa. Pembelajaran seni rupa yang dimaksudkan adalah pendidikan untuk anak yang didasari oleh pembinaan intelegensi rupa (visual intelligenci) dengan kemampuan memahami objek secara komprehensif maupun detail. Pemahaman terhadap objek dengan kinerja belajarnya melalui pengamata, asosiasi, pemahaman bentuk akhirnya berekspresi. Lingkup seni sebagai hasil aktivitas artistik yang meliputi seni suara, seni gerak dan seni rupa sesuai dengan media aktivitasnya. Media dalam hal ini mempunyai arti sarana yang menentukan batasan-batasan dari lingkup seni tersebut. Pemahaman tentang seni adalah merupakan ekspresi pribadi dan seni adalah ekspresikeindahan. Seperti yang dikemukakan oleh Cut Kamaril Wardani Surono (200:3), pendidikan seni yaitu:
1.      Pendidikan seni adalah sebuah cara atau strategi menamkan pengetahuan dan ketrampilan, dengan cara mengkondisikan anak atau siswa menjadi kreatif, inovatif, dan mampu mengenali potensi dirinya secara khas (karakteristiknya) serta memiliki sensitivitas terhadap berbagai perubahan sosial budaya dan lingkungan.
2.      Pendidikan kesenian adalah kegiatan membuat manusia agar mampu bertahan hidup dan mampu menunjukkan jati dirinya di masa depan. Maka kemampuan beragam bahasa (multi Ianguage) perlu dikembangkan melalui pendidikan untuk menghadapi pesatnya perkembangan kemampuan berbahasa non verbal: bunyi, gerak, rupa dan perpaduannya. Melalui kemampuan beragam bahasa seni (artistik), manusia diharapkan mampu memahami dan berekspresi terhadap citra budaya sendiri dan budaya lain (multi cultural). Pendidikan seni juga memiliki wacana multidimensional artinya pendidikan seni memiliki cakupan yang luas baik yang berkaitan dengan masalah budaya ataupun ilmu pengetahuan.
Tujuan Pendidikan Seni di Sekolah Dasar
Tujuan diberikanya pendidikan seni di Sekolah Dasar diantaranya sebagai berikut:
1.      Memberikan fasilitas yang sebesar-besarnya untuk dapat mengemukakan pendapatnya (ekspresi bebas),
2.      Melatih imajinasi anak, ini merupakan konskwensi logis darn kegiatan ekspresi,
3.      Memberikan pengalaman estetik dan mampu memberi umpan balik penilaian (kritik dan saran) terhadap suatu karya seni sesuai dengan mediumnya.
4.      Pembinaan Ketrampilan; diarahkan dengan membina kemampuan praktek berkarya seni dan kerajinan,
5.      Seni sebagai alat pendidikan dalam arti pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan, melalui permainan kita dapat mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan.
Peran pendidikan kesenian dalam konstelasi kurikulum pendidikan adalah:
      1.  Seni Sebagai Bahasa Visual Anak pada usia SD dalam kehidupannya sangat dekat dengan berkarya seni. Hampir bisa dikatakan bahwa perilaku anak dekat dengan kegiatan berkesenian; tiada hari tanpa berseni. Berseni merupakan, kebutuhan anak dalam:
a)mengutarakan pendapat,
b)          berkhayal-berimajinasi,
c)     bermain,
d)         belajare. memahami bentuk yang ada di sekitar anak,
e)merasakan: kegembiraan, kesedihan, dan rasa keagamaan.
Dalam Konteks seni berperan mengemukakan pendapat, tampak ketika anak menyanyi atau menari ataupun menggambar bertema maupun tanpa tema. Karya seni mereka berikan tema Sesuai dengan keinginan pada saat itu; ketika anak membayangkan nikmatnya berada dalam ban-ban ibu, dan ibu menimangnya sambil menyanyikan lagu akan kembali muncul dalam bentuk gambar seorang perempuan dan kain. Ungkapan itu juga dapat berupa celotehan suaran menyanyi dan menirukan orang sedang menimang boneka. Namun, dapat pula berupa gambar tanpa bentuk, yang dimulai dari menggambar pesawat terbang yang indah dengan bentuknya yang khas anak, kemudia sealng beberapa menit gam,bar tersebut dicoret sampai menutup permukaan. Gambar pesawat yang semula sudah tidak nampak lagi. Disinilah ungkapan kesal pesawat musuh menembak pesawat idealnya.
      2.  Seni Membantu Pertumbuhan Mental Ternyata contoh di atas merupakan perkembangan symbol rupa yang terjadi pada saat anak ingin menyatakan bentuk yang dipikirkan, dirasakan atau dibayangkan. Bentuk-bentuk tersebut hadir bersamaan dengan perkembangan usia mental anak. Pada suatu ketika anak pertumbuhan badan (biological age) lebih cepat daripada perkembangan pikiran (mental age). Ketidaksejajaran perkembangan anak tersebut menyebabkan pula perkembangan gambar anak dengan anak lain yang normal, oleh karena terjadi variasi gambar anak. Hal ini seiring dengan perkembangan nalar pada diri anak. Bagi anak yang mempunyai perkembangan berbeda, dimana fungsi nalar sudah berkembang lebih cepat dari pada ekspresinya, maka peristiwa tersebut berpengaruh juga dalam gambar.
PENDEKATAN PEMBELAJARAN SENI RUPA
Pembelajaran Pendidikan Seni dilaksanakan baik dengan pendekatan terpisah dan terpadu. Pendekatan terpisah ialah melaksanakan pembelajaran setiap bidang seni, sesuai dengan ciri-ciri khusus dan kesatuan substansi masing-masing. Pendekatan terpadu ialah melaksanakan pembelajaran yang memadukan bidang-bidang seni dalam bentuk seni pertunjukan, seni multimedia, atau kolaborasi seni. Pembelajaran Pendidikan Seni secara terpadu meliputi pembelajaran apresiatif dan produktif. Pembelajaran apresiatif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan apresiasi terhadap karya seni yang merupakan perpaduan antara dua atau lebih bidang seni, baik secara langsung maupun melalui media audio-visual, misalnya pertunjukan musik, tari, teater, atau film. Pembelajaran produktif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan berkarya dan penyajian seni yang melibatkan dua atau lebih bidang seni, misalnya dalam bentuk seni pertunjukan atau kolaborasi antar bidang seni. Alternatif pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Seni sebagai berikut. Sekolah yang memiliki lebih dari satu guru bidang seni, masing-masing guru memberikan pembelajaran seni sesuai dengan bidangnya secara terpisah. Siswa memilih salah satu bidang seni sesuai dengan minatnya. Pembelajaan secara terpadu dilaksanakan dengan kerja sama antara guru-guru bidang seni yang bersangkutan. Sekolah yang hanya memiliki guru salah satu bidang seni, guru tersebut melaksanakan pembelajaran seni sesuai dengan bidangnya, tetapi sedapat mungkin juga melaksanakan pembelajaran seni secara terpadu, sesuai dengan kemampuannya. Materi pokok yang bersifat teoritik tidak diberikan secara terpisah, tetapi secara integratif dengan materi kegiatan apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan penyajian seni. Pembelajaran yang bersifat praktek (berkarya) lebih berorientasi pada proses dari pada hasil, sehingga lebih menekankan usaha membentuk dan mengungkapkan gagasan kreatif dari pada kualitas komposisi yang dihasilkan.Dalam pembelajaran Pendidikan Seni, pengembangan sikap memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan, dan pengetahuan. Untuk menunjang pembelajaran materi yang mengarah pada penguasaan keahlian profesional, termasuk menggambar dengan mistar (menggambar konstruksi), perlu ditunjang dengan program ekstrakurikuler, sesuai dengan bakat dan minat siswa.
2.4  Pendekatan Berbasis Disiplin Ilmu Dalam Pendidikan Seni Rupa
             Pendekatan seni rupa berbasis disiplin ilmu (dicipline based art education, disingkat DBAE) berintikan pemikiran bahwa seni telah hadir dalam kehidupan bukan hanya sebagai kegiatan penciptaan, tetapi juga sebagai cabang pengetahuan yang menjadi bahan kajian filosofis maupun  ilmiah dan berhak dipelajari di lembaga pendidikan. Seni adalah disiplin ilmu yang khas dengan karakter yang dimilikinya, mendapat dukungan kelompok ilmuwan, dikembangkan melalui penelitian. Pendukung Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin berpendapat bahwa pendidikan seni rupa yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan ernosinya adalah penting, tetapi jangan sampai mengabaikan kegiatan mempelajari aspek pengetahuan keilmuannya. Cakupan pendidikan seni rupa perlu diperluas. Eisner (1987/1988) menegaskan bahwa Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin bertujuan untuk menawarkan program pembelajaran yang sistematik dan berkelanjutan dalam empat bidang seni rupa yang lazim dalam kenyataan yaitu bidang penciptaan, penikmatan, pemahaman, dan penilaian. Keempat bidang tadi disampaikan dalam kegiatan belajar: produksi seni rupa, kritik seni rupa, sejarah seni rupa dan estetika. Anak hendaknya tidak hanya diberi kesempatan untuk berekspresi/ menciptakan karya seni rupa tetapi juga perlu mempelajari bagaimana caranya menikmati suatu karya seni rupa serta memahami konteks dari sebuah karya seni rupa dari berbagal masa. Pelaksanaannya tidak harus terpisah tetapi dapat dipadukan.
       Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin merupakan suatu pendekatan dan bukan merupakan suatu metode yang spesifik, maka wujud penampilannya dapat yang bervariasi. Yang jelas, sasarannya adalah adanya peningkatan kemampuan anak dalam berbagai bidang kegiatan tersebut.
Ciri DBAE adalah :
1.      Seni rupa sebagai subyek dalam pendidikan umum dengan kurikulum yang tertulis serta disusun secara sistematis mencakup kegiatan ekspresi/kreasi, teori, dan kritik/apresiasi seni rupa, untuk membangun pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan.
2.      Kemampuan anak dikembangkan untuk: menghasilkan karya, menganalisis, menafsirkan, dan menilai kualitas karya, mengetahui dan memahami peran seni rupa dalam masyarakat serta memahami keunikan karya seni rupa dan bagaimana orang memberikan penilaian dan menguraikan alasan penilaian tersebut.
3.      Seni Rupa diimplementasikan dengan dukungan masyarakat, staf pengembang, nara sumber, dan program penilaian (Dobbs, 1992).



BAB III
PENUTUP
      Kesimpulan
Pengertian seni pada dasarnya adalah permainan yang memberikan kesenangan batin (rohani), baik bagi yang berkarya seni maupun bagi yang menikmatinya. Pendidikan Seni, khususnya seni rupa hadir sebagai bagian integral dari prinsip pendidikan. Artinya, pendidikan seni rupa sebagai bagian dari pendidikan umum yang mendapat kewajiban (tugas ) utama melatih kepekaam rasa: estetis (keindahan), maupun apresiasi seni, melalui pembelajaran praktek berkarya seni rupa.
Faedah pendidikan seni, sebagaimana dikemukakan Vincent Lanier (1969) adalah:
1.      Memberikan kontribusi terhadap perkembangan individu,
2.      Memberikan pengalaman yang berharga (pengalaman estetik),
3.      Sebagai bagian yang penting dari kebudayaan.
            Pembelajaran Pendidikan Seni dilaksanakan baik dengan pendekatan terpisah dan terpadu. Pendekatan terpisah ialah melaksanakan pembelajaran setiap bidang seni, sesuai dengan ciri-ciri khusus dan kesatuan substansi masing-masing. Pendekatan terpadu ialah melaksanakan pembelajaran yang memadukan bidang-bidang seni dalam bentuk seni pertunjukan, seni multimedia, atau kolaborasi seni. Pembelajaran Pendidikan Seni secara terpadu meliputi pembelajaran apresiatif dan produktif Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin merupakan suatu pendekatan dan bukan merupakan suatu metode yang spesifik, maka wujud penampilannya dapat yang bervariasi.
       Saran
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan orang dewasa dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaannya, maka tentunya pula seni rupa dapat digunakan sebagai cara dan sekaligus media untuk mendidik anak. Jadi makna pendidikan dengan menggunakan seni rupa sebagai cara dan sekaligus sebagai sarananya.

Daftar Pustaka
    Rohidi, T.R., 2000. Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan,Bandung:STSI Bandung.
    Salam, S. 2002. Paradigma dan Masalah Pendidikan Seni. Universitas Negeri Semarang.Semarang.